"Monggo," begitulah sapa Mas Agung, cucu dari Dalijan Mulyo Hartono, pendiri warung es yang YogYES singgahi. Terletak sekitar 10 meter dari Masjid Mataram Kota Gede, warung yang didirikan sejak tahun 1957 memberikan suasana tempoe doeloe dan kuliner yang membuat pengunjungnya setia untuk terus jajan di sini. Tata ruang di warung ini sangat khas. Dingklik dan lincak, meja kayu besar, stoples-stoples jadul, lukisan di dinding, aksara jawa di sablak yang bergantungan, serta jajaran botol Sar Saparila yang menjadi pemisah antara dapur dan tempat makan membuat warung ini terasa sangat antik. Melihat menu yang terpampang di bagian timur warung, waktu seakan berhenti. Di sana masih terlihat jelas daftar menu dengan ejaan lama campur ejaan yang disempurnakan dengan daftar harga menggunakan sen. Misalnya saja, ys soklat (es coklat) 1,5 sen. Ys sendiri dibaca es. Penempatan datar menu yang seperti itu yang membuat menu-menu di Sido Semi terlihat nyentrik.
Menu-menu itu tak banyak berubah. Masih bisa kita jumpai minuman yang menjadi andalan Sido Semi mBok Mul, es kacang ijo. Es yang terdiri dari campuran kacang ijo, ketan putih, santan, dengan siraman gula jawa memberikan rasa khusus. Yang spesial dari es kacang ijo ini adalah rasa jahenya yang membuat hangat tenggorokan. Ada pula es campur yang terdiri dari buah-buahan dan tape. Es campur ini dibagi menjadi dua varian, es buah dan es coklat. Es buah yang merupakan campuran dari nangka, nanas, camcau, kolang-kaling, cendol, dan tape yang ditambahi es serut dengan siraman sirup merah menjadikan rasa es ini lekat dengan kesegaran buah-buahan. Sedangkan es coklat, sedikit sama dengan isian es buah, tapi yang membuatnya sangat khas adalah rasa tape yang menggelitik tenggorokan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar